Kaset audio kini telah resmi “berada di atas bukit” karena tak terasa telah berlalu 50 tahun tanggal 13 September lalu sejak format itu diluncurkan di markas Philips di Amsterdam. Awalnya dirancang untuk menggantikan pita reel-to-reel untuk dikte, kaset audio akhirnya menjadi suatu kebutuhan pokok rumah tangga bagi mereka yang dibesarkan di tahun ‘80-an.
Terselip dengan pasnya di antara masa 8-track dan compact disc (CD), kaset audio telah membantu menjabarkan sebuah generasi. Kualitas audio yang luar biasa tidak pernah menjadi atribut untuk kaset – bahkan, kualitas mereka semakin menurun semakin sering Anda mendengarkannya dan bukan hal yang aneh untuk sebuah pemutar kaset untuk “memakan” kaset Anda.
Sejumlah kemajuan seperti pengurangan kebisingan yang diciptakan oleh Dolby, oksida magnetik yang lebih baik dan pemutar rekaman berkualitas tinggi memang membantu untuk membuat beberapa hal sedikit lebih baik tetapi masih tidak cukup bagi standar kebanyakan. Jadi, apa sebenarnya yang begitu hebat tentang kaset? Satu kata – fleksibilitas.
Kembali pada tahun 80-an, Anda tidak bisa dengan mudahnya masuk ke dunia maya dan menyusun playlist lagu-lagu favorit Anda. Alih-alih, Anda harus duduk di dekat stereo system milik Anda dan merekam lagu-lagu yang Anda inginkan dari radio secara manual. Hal ini cukup membutuhkan presisi, kesabaran dan banyak waktu luang namun jika seseorang telah berkali-kali melakukannya, maka dapat dibuktikan bahwa hal tersebut memang layak dilakukan.
Kaset memang telah lama memberi jalan pada media digital namun mereka tidak sepenuhnya mati. Benar, beberapa band metal dan “hipster” tengah berusaha untuk menghidupkan kembali platform tersebut walau rasanya tidak mungkin untuk mencapai tingkat keberhasilan seperti yang dahulu pernah dinikmati pada tahun ’80-an.
Sumber: techspot.com