Urban legend atau legenda yang muncul di masyarakat merupakan cerita yang berkembang di era modern. Berbeda dengan dongeng, urban legend ini seringkali membawa kisah horor. Kisah urban legend ini seringkali diadaptasi menjadi sebuah film horor, beberapa diantaranya adalah 7 film horor Jepang adaptasi urban legend berikut ini.
Film Jepang Genre Horor Menyeramkan, Yang Berasal Dari Urban Legend
7. Teke-teke
Eke-teke adalah salah satu film horor Jepang adaptasi urban legend yang sempat populer. Film ini didasarkan pada kisah seorang gadis yang jatuh ke rel kereta api dan terlindas hingga tubuhnya mengenaskan. Menurut kisahnya, hantu ini muncul di berbagai sudut Jepang dan disebut hantu Teke-teke karena bila ia muncul ada suara yang berbunyi teke-teke.
6. Kwaidan
Selanjutnya ada film Kwaidan yang juga merupakan film horor Jepang adaptasi urban legend. Meskipun ini sebenarnya adalah urban legend yang sangat tua, namun kisah ini dianggap sering dialami di daerah bersalju. Film Kwaidan diadaptasi dari urban legend berjudul Yuki Onna yang mana berarti wanita salju. Konon wanita salju ini akan mendatangi mereka yang tersesat di salju.
5. Gozu
Film horor Jepang adaptasi urban legend selanjutnya adalah Gozu. Gozu dalam bahasa Jepang berarti kepala sapi. Kisah Gozu ini sendiri berasal dari kisah sebuah desa yang mana saat dilanda kelaparan penduduk akhirnya memangsa hewan yang masuk ke desanya. Pada akhirnya desa itu dikutuk dan mereka berubah menjadi sosok Gozu.
Di posisi kelima ada hantu Okiku atau BanchĹŤ Sarayashiki. Hantu ini merupakan hantu yang terdengar aneh karena menghantui tempat cuci piring. Namun sebenarnya kisah asal dari hantu ini cukup menyedihkan. Konon ada seorang gadis yang bekerja di rumah tuan tanah. Ia begitu cantik sehingga tuannya ingin melamarnya namun gadis itu menolak.
Karena lamarannya ditolak, tuan tanah itu menjebak gadis itu dengan menuduhnya menghilangkan salah satu piring mahal keluarga. Gadis itu mencari piring ke sepuluh hingga ia menjadi marah dan gila. Rohnya yang penasaran terus mencari piring tersebut dan terkadang menyiksa orang yang ia temui untuk mencari piring yang hilang.
3. Hanako San
Selanjutnya ada kisah Hanako yang mana juga merupakan film horor Jepang adaptasi urban legend. Kisahnya ini sendiri muncul di era Perang Dunia II dimana ada seorang anak bunuh diri di kamar mandi akibat perundungan dan juga tindakan kasar orang tuanya. Hanako menghantui kamar mandi perempuan dan tidak segan untuk menyeretnya kedalam.
Ada mitos bila kamu ingin bertemu dengannya, kamu bisa masuk ke kamar mandi perempuan dan mengetuk pintunya sambil bertanya apakah Hanako ada di dalam. Bila ia benar-benar ada didalamnya, maka ia akan menjawab panggilanmu dan sebaiknya kamu lari. Tidak sedikit yang berkata bahwa kamar mandi yang didiami Hanako terhubung ke neraka.
2. Kutchisake Onna
Film horor adaptasi dari urban legend Jepang selanjutnya adalah Kutchisake Onna. Film horor ini diadaptasi dari kisah dimana ada hantu wanita yang mulutnya disobek dari telinga kiri ke telinga kanan. Kisah ini sendiri muncul tahun 70-an yang mana waktu itu sempat memunculkan kehebohan di kota dimana hantu wanita tersebut muncul.
Konon apabila kamu bertemu dengan seorang wanita dengan masker, dan ia bertanya apakah ia cantik dan kamu menjawabnya tidak, maka ia akan membunuhmu ditempat setelah membuka maskernya yang menutupi mulutnya yang tersobek.
1. Inunaki
Di posisi pertama film Jepang bergenre horor yang merupakan adaptasi dari urban legend adalah Inunaki. Inunaki adalah sebuah desa yang konon sudah dihilangkan dari peta. Bahkan terowongan yang menghubungkan antara desa tersebut dengan jalan raya sudah ditutup. Inunaki sendiri berarti lolongan anjing yang mana penduduk desa tersebut memiliki hobi memakan daging anjing.
Desa tersebut dikutuk, namun penyebab dari kutukan tersebut terdapat beberapa versi. Mulai dari ada pembunuh berantai yang membantai seluruh warga desanya hingga pembangunan waduk yang menumbalkan warga. Di era modern, pernah juga terjadi tindakan pembunuhan di desa tersebut sehingga kini area tersebut ditutup.
Si kembar sering punya bahasa sendiri—mereka bisa menangkap ekspresi wajah dan nada suara satu sama lain dengan sempurna. Jadi, kenapa nggak memanfaatkan itu untuk...